Kamis, 03 Desember 2015

strategi penanganan litter yang basah

Strategi Menangani Litter Basah | Print |
Manajemen litter pada usaha peternakan ayam komersial, khususnya ayam pedaging, merupakan salah satu faktor penting yang harus selalu diperhatikan. Kondisi litter basah akan menghasilkan dampak negatif terhadap performa ayam dan berujung pada kerugian ekonomi. Litter basah bisa terjadi akibat litter bercampur dengan feses, air minum yang tumpah atau terkena tampias air hujan. Kondisi tersebut akan memicu timbulnya penyakit sehingga produktivitas ayam tidak optimal. Oleh karena itu yang dibutuhkan dalam hal ini ialah bagaimana mengatur litter agar kadar airnya tetap normal (20-25%) (Cjfeed, 2008).

Tentang Litter
Di Indonesia litter biasa diartikan sebagai sekam, karena sebagian peternak menggunakan sekam padi sebagai bahan litter. Namun yang perlu diketahui bahwa material litter bisa saja berasal dari bahan lain, asalkan memenuhi syarat sebagai litter yang baik diantaranya mampu menyerap air, ringan (low density), murah, mudah didapat, aman (tidak beracun) dan kontinyu keberadaannya.
Oleh karena itu, kita harus jeli dalam memilih material yang akan dijadikan sebagai bahan litter. Material selain sekam yang dapat dijadikan bahan litter antara lain jerami, serbuk gergaji, pasir, kulit kacang serta potongan kertas bekas.
Penggunaan litter ini setidaknya akan memberikan manfaat:
  1. Membatasi kontak langsung kaki anak ayam dengan tanah yang suhunya relatif dingin
  2. Membantu penyerapan air dari feses maupun tumpahan air minum sehingga lantai kandang tidak lembab
  3. Pada saat brooding, dapat membantu menjaga panas dari brooder
Namun dikala litter ini tidak berfungsi optimal, maka bukan suatu keniscayaan akan sangat berpengaruh terhadap performa ayam. Contoh kasusnya ialah saat litter ini basah, baik karena tumpahan air maupun terlalu banyak feses. Kondisi ini akan menjadi penstimulasi munculnya penyakit, seperti penyakit pernapasan akibat kadar amonia yang tinggi maupun menstimulasi munculnya NE atau koksidiosis. Dan parahnya saat di masa brooding, kondisi litter basah ini akan menjadikan anak ayam kedinginan meskipun suhu brooding telah sesuai. Hal ini disebabkan sensor suhu yang terdapat pada kaki ayam akan mendeteksi dingin (karena litter basah). Akibatnya ayam malas untuk beraktivitas dan akhirnya pertumbuhan menjadi terhambat.
Litter yang basah (dan jika tidak diganti) akan menimbulkan beberapa masalah pada ayam, diantaranya :
  • Menghasilkan gas amonia. Selain bau yang menyengat, amonia akan mengiritasi permukaan saluran pernapasan ayam. Hal ini yang berpotensi menyebabkan penyakit saluran pernapasan seperti CRD, ND, AI dan sebagainya. Beberapa literatur juga menyebutkan bahwa kadar amonia sebesar 25 ppm atau lebih, bisa menyebabkan kerugian berupa pembengkakan nilai FCR dan penurunan berat badan saat panen (Cjfeed, 2008)
  • Menjadi sumber penularan penyakit (dari feses ayam sakit,red), seperti cacingan dan koksidiosis
  • Mengundang vektor (serangga sebagai penyebar penyakit) seperti lalat
  • Menimbulkan luka di telapak kaki anak ayam dan kemerahan di bagian otot dada. Hal ini karena panasnya amonia tersebut

Mengetahui Penyebab Litter Basah
Hal-hal yang bisa menyebabkan litter menjadi basah antara lain:
  • Feses basah
    Kondisi feses basah bisa disebut dengan istilah wet dropping atau diare, akan tetapi kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Wet dropping adalah kondisi dimana feses ayam menjadi lebih cair dari biasanya tetapi masih terlihat komponen padat dan kondisi ayam masih terlihat sehat. Sedangkan feses ayam dikatakan diare apabila komponen padat sudah tercampur dengan komponen cair sehingga terlihat lebih homogen. Selain itu pada kondisi diare, ayam terlihat tidak sehat dan terdapat peningkatan frekuensi buang kotoran.
    Feses basah pada ayam bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang terdiri dari faktor infeksius (infeksi bibit penyakit) dan non infeksius. Faktor infeksius (berasal dari bibit penyakit, yang dapat menyebabkan feses basah antara lain infeksi colibacillosis, ND, Gumboro, pullorum dan koksidiosis. Namun infeksi penyakit ini juga diikuti oleh timbulnya gejala klinis yang lain. Sedangkan faktor non infeksius penyebab feses basah diantaranya:
  1. Heat stress (stres panas) yang menyebabkan konsumsi air minum ayam meningkat dibanding konsumsi ransum (9:1), hal ini mengakibatkan feses basah. Ayam yang stres karena perlakuan atau kondisi lingkungan yang kurang nyaman juga dapat mengakibatkan feses basah karena ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh--
  2. Kualitas nutrisi ransum. Kadar garam yang terlalu tinggi di dalam ransum akan mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga feses ayam menjadi basah. Kadar garam yang tinggi juga akan memicu ayam mengkonsumsi air lebih banyak sehingga menyebabkan ayam mengalami diare. Selain kadar garam, kadar protein yang terlalu tinggi juga dapat menstimulasi terjadinya feses basah. Hal ini terjadi karena asam urat dalam ginjal terlalu tinggi konsentrasinya sehingga memicu ayam mengkonsumsi air minum lebih banyak, akibatnya feses menjadi basah dan encer
  3. Pemberian obat tidak sesuai aturan pakai. Pemberian obat keras, seperti obat cacing atau obat golongan sulfa yang berlebihan dari yang dianjurkan juga dapat memicu feses basah pada ayam
  • Manajemen pemeliharaan yang kurang baik, seperti seperti sistem ventilasi kurang optimal, tumpahan air saat membersihkan atau mengganti air minum, dll

Litter basah dan menggumpal
Sumber : Dok. Medion
Tips Menjaga Litter Tetap Kering
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar litter tetap kering dan berfungsi optimal antara lain :
  • Gunakan litter dengan ketebalan yang optimal, yaitu 8-12 cm sehingga litter menjadi lebih kering dan bisa menjaga suhu saat masa brooding
  • Lakukan manajemen pembolakbalikan litter untuk mencegah litter basah. Pada masa brooding, pembolak-balikan litter dilakukan secara teratur setiap 3-4 hari sekali mulai umur 4 hari sampai umur 14 hari. Segera ganti litter yang basah. Pergantian pun jangan terlalu sering karena dapat menurunkan produktivitas ayam. Bila ada litter yang menggumpal, maka ganti litter yang menggumpal tersebut sesuai dengan kondisinya. Misalnya saja jika jumlah yang menggumpal sedikit, maka dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Namun jika jumlah litter yang menggumpal atau basah sudah banyak, lebih baik tumpuk dengan litter yang baru hingga yang menggumpal tidak tampak
  • Cek kondisi dan pemasangan tempat air minum. Tumpahan air minum bisa diatasi dengan manajemen air minum yang baik. Pertama, lebih berhati-hati saat mengganti air minum. Pastikan juga tempat air minum baik manual maupun otomatis (TMAO dan nipple ND-360) tidak bocor. Khusus untuk sistem nipple, perhatikan ketinggiannya dan tekanan air dalam pipa. Penempatan nipple yang terlalu rendah, menyulitkan ayam minum air sehingga menimbulkan banyak tetesan air di bawah nipple. Tekanan air yang tidak sesuai standar nipple juga dapat menyebabkan menetesnya air
  • Jika litter basah diakibatkan feses basah oleh infeksi seperti E. coli dan Eimeria sp. (penyebab koksidiosis) maka solusi pertama ialah lakukan pengobatan dengan Antikoksi, Coxy atau Koksidex untuk kasus koksidiosis dan Proxan-C, Amoxitin, Neo Meditril atau Ampicol untuk kasus colibacillosis. Kemudian lakukan desinfeksi air minum dengan Antisep, Desinsep atau Neo Antisep khusus untuk kasus infeksi colibacillosis
  • Perhatikan kualitas ransum. Jangan memberikan ransum dengan kandungan garam dan protein terlalu tinggi (sesuaikan dengan kebutuhan). Untuk menjamin kualitas ransum tetap sesuai, sebaiknya uji kualitas ransum. Uji kualitas ransum bisa dilakukan di Medilab
  • Mengatur sistem ventilasi melalui sistem buka tutup tirai untuk memastikan kadar amonia dalam kandang tidak terlalu tinggi. Untuk ayam dewasa, penggunaan kipas angin bisa membantu pergerakan udara dalam kandang dan hal ini bisa mengurangi kadar air litter dan akumulasi amonia
  • Saat musim hujan, perbaiki kerusakan dan kesalahan struktur kandang. Atap yang bocor harus segera diperbaiki. Selain itu, perhatikan apakah atap mampu mencegah tampias air hujan. Periksa juga kondisi tirai, apakah ada yang bolong atau tidak atau dibuka dari bawah sehingga ayam terkena tampias air hujan. Termasuk juga selokan harus lancar agar air tidak menggenangi kandang. Simpan litter pada tempat yang terhindar dari tampias air hujan
Proses penambahan litter dalam kandang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar