Kamis, 03 Desember 2015

kandang close house

kandang merupakan salah satu bagian dari manajemen ternak unggas yang sangat penting untuk diperhatikan. Bagi peternak dengan sistem intensif, kandang merupakan salah satu penentu keberhasilan beternak. Kesalahan dalam konstruksi kandang dapat berakibat fatal yang berujung pada kerugian bagi peternak. Oleh sebab itu, tidak jarang peternak yang rela menghabiskan uang miliar rupiah hanya untuk men-design kandangnya.

Jenis-jenis kandang dapat dibedakan berdasarkan tipe dinding, bentuk lantai, tipe atap dan cara pemeliharaan. Jenis kandang berdasarkan tipe dinding dapat dibedakan menjadi kandang terbuka (open house), kandang semi tertutup (semi closed house) dan kandang tertutup (closed house).
Kandang dengan sistem terbuka merupakan kandang yang dindingnya terbuka biasanya terbuat dari kayu atau bambu. Kandang tipe closed house merupakan kandang dengan dinding tertutup dan biasanya terbuat dari bahan-bahan permanen dan dengan sentuhan teknologi tinggi. Sedangkan kandang semi closed house adalah gabungan dari sistem open house dan closed house. Dinding kandang tipe ini ditutupi oleh tirai yang bisa dibuka akan tetapi juga sudah menggunakan bahan-bahan permanen dan dengan gabungan teknologi modern.
Closed house mulai diperkenalkan dan digunakan di industri peternakan broiler di USA kurang lebih 20-23 tahun yang lalu, sejak itu penggunaanya meluas ke seluruh dunia. Saat ini, di negara Thailand sudah  lebih dari 98% kandang broiler  menggunakan sistem closed house (baik tunnel maupun evaporative closed house), sedangkan di Indonesia hanya kurang dari 5% saja.
Permasalahan mendasar yang membedakan situasi-kondisi di Indonesia dan di USA adalah tingginya kelembaban udara, rata-rata kelembaban udara di indonesia adalah 80-90% RH. Tingginya kelembaban udara dikombinasi dengan tingginya suhu udara akan bersifat “sangat destruktif” terhadap performa broiler dengan menggerogoti sistem pertahanan tubuh dan berat badan ayam, sehingga ayam jadi lebih mudah “ngorok”/mengalami gangguan pernafasan, menurunkan berat badan dan meningkatkan kematian. Seperti diketahui ayam tidak mempunyai kelenjar keringat,sehingga bila ayam merasa kepanasan, maka ayam akan membuka paruh secara terus menerus untuk mengeluarkan kelebihan panas tubuhnya. Mekanisme “panting”, saat ayam terbuka paruhnya,dan di saat bersamaan kandungan uap air udara di dalam kandang tinggi (kelembaban udara tinggi ~ jumlah uap air tinggi), maka ayam akan mengalami kesulitan besar dalam melepaskan panas tubuhnya (tekanan udara di luar tubuh ayam lebih besar dibanding tekanan udara dalam tubuh ayam).
Jadi, closed house sangat bermanfaat untuk daerah tropis yakni mampu mengurangi dampak buruk dari tingginya kelembaban udara, dengan memanfaatkan efek “wind chill”dalam kandang. Adanya aliran udara hangat di dalam kandang yang mengenai tubuh ayam akan memberikan “rasa lebih dingin dari suhu udara yang terukur”, karena proses pengeluaran panas tubuh ayam dalam kondisi normal (tidak panting) adalah  melalui kulit tubuhnya, sehingga pada kondisi kandang yang disertai adanya aliran udara maka ayam akan “merasa suhu tidak panas/tidak perlu panting”.
Kandang dan ternak ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Kandang merupakan “rumah” atau suatu tempat yang difungsikan untuk tempat berlindung bagi ayam, tempat melakukan aktivitas produksi dan reproduksinya serta tempat yang memberikan jaminan perlindungan bagi ternak dari berbagai gangguan binatang buas dan lainnya.
Berdasarkan ini, maka pembangunan kandang untuk ayam perlu disesuaikan dengan kebutuhan ayam dan sesuai pula dengan kondisi keuangan yang dimiliki oleh peternak. Berbagai macam bentuk kandang sering diperdebatkan dalam hubungannya dengan fungsi kandang itu sendiri.
Pilihan model dan sistem kontruski kandang sebenarnya bukan disesuaikan dengan keinginan peternak namun perlu dipertimbangkan dari kenyamanan ayam yang dipelihara yang secara nyata akan memberikan hasilnya berupa daging dan telur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar